Di antaranya adalah:
1. Tidak kooperatif
Pasien yang tidak kooperatif bisa mempengaruhi cara kerja behel gigi.
Salah satu sikap tidak kooperatif ini adalah jika pasien tidak rutin kontrol ke dokter gigi.
Baca juga: Mengapa Ada Beberapa Pasien yang Perlu Beberapa Kali Kunjungan Ke Dokter Gigi? Begini Kata Dokter
Padahal telah diketahui, bahwa pemasangan behel gigi membutuhkan waktu yang bertahap dibawah pengawasan dokter.
"Karena pemasangan behel gigi tidak bisa sim salabim, pasang langsung sembuh."
"Tetapi juga perlu datang melakukan perawatan" ucap Ardiansyah.
2. Makan terlalu keras
Mengonsumsi makanan dengan tekstur yang keras terus-menerus bisa membuaat bracket pada behel terlepas.
3. Asal dalam mekakukan pemasangan behel
Banyak masyarakat yang salah dalam memahami pemasangan behel.
Akhirnya setelah melakukan pemasangan behel, kondisi yang dihasilkan justru semakin memperburuk masalah gigi sebelumnya.
Baca juga: Kenali Kasus-kasus Gigi yang Relatif Ringan dan Bisa Diatasi dengan Penggunaan Invisalign
Behel Gigi Mempengaruhi Rahang
Pemakaian behel gigi dapat mempengaruhi bentuk rahang.
Karena secara prinsip behel gigi bekerja untuk menggerakkan gigi dan disertai dengan rangsangan perkembangan rahang.
Misalnya pada kasus rahang atas bermasalah yang mengecil dan tidak tumbuh, maka dokter akan melakukan perawatan untuk memperbesar rahang.
Yaitu dengan alat ekspansi yang sangat variatif.
Pada usia tumbuh kembang 8 hingga 14 tahun, merupakan masa yang tempat jika ingin melakukan perbaikan rahang.
Baca juga: Lettu Kes drg. Ari Sarankan Rutin Kontrol ke Dokter Gigi sebagai Cara Mencegah Penumpukan Karang
Namun bila baru disadari di atas usia 20 tahun, maka penanganan yang terbaik adalah melalui bedah orthodonti.
Kondisi yang Tidak Dianjurkan Memasang Behel
Baca tanpa iklan