Stunting Bisa Pengaruhi Perkembangan Otak, Simak Tips dr. Diana Suganda untuk Lakukan Deteksi Dini

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Ekarista Rahmawati
ilustrasi stunting

"Mestinya tingginya sekian, akhirnya lebih pendek," katanya.

Stunting di Indonesia

ilustrasi stunting (tribunnews.com)

Baca juga: dr. Tan Shot Yen Jelaskan Manfaat Telur, Bisa Cegah Stunting jika Dikonsumsi Sejak MPASI

Di Indonesia sendiri tingkat prevalensi stunting mencapai 27,5 persen pada tahun 2016.

Pada tahun 2018 naik menjadi 30,8 persen.

Kemudian angka kembali turun menjadi 27,67 persen pada tahun 2019.

Saat ini stunting termasuk permasalahan serius yang harus diwaspadai terkait tumbuh kembang anak.

Pasalnya, dampak dari kondisi kekurangan gizi ini tak main-main.

Terlebih lagi pada kondisi pandemi Covid-19 seperti sekarang.

Ekonomi yang kacau kemungkinan akan menurunkan kualitas asupan anak-anak pula.

Akibatnya, stunting diprediksi bakal naik lagi selam pandemi.

Dampak

Ilustrasi - pemeriksaan stunting - Pemeriksaan kepada anak dalam rangka melawan Stunting di GBK, Senayan, Jakarta, Minggu (24/11/2019). (TRIBUN/HO)

Dampaknya bisa dibagi menjadi dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.

Untuk jangka pendek, stunting bisa menyebabkan:

  • Perkembangan otak terganggu
  • Kecerdasan berkurang
  • Pertumbuhan fisik terganggu
  • Metabolisme dalam tubuh mengalami gangguan.

Dampak jangka panjang:

  • Menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar
  • Menurunnya kekebalan tubuh dan mudah terserang penyakit
  • Berisiko terkena diabetes, obesitas, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, bahkan disabilitas pada usia tua.

Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.

(TribunHealth.com/Nur)