dr. Siswo Putranto Santoso Jelaskan Kasus Meninggal Mendadak saat Bersepeda, Jantung Dipacu Berat

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
Tren bersepeda di kalangan warga perkotaan pada masa pandemi corona meningkat drastis. Selain trend gaya hidup buming sepeda juga banyak memberikan manfaat positif seperti untuk mengendalikan atau menurunkan berat badan, mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, mencegah diabetes, mengurangi resiko kanker, meningkatkan kekuatan imun tubuh dan mengurangi stres.

TRIBUNHEALTH.COM - Kasus meninggal mendadak saat berolahraga terbilang biasa terjadi.

Satu di antaranya adalah saat bersepeda.

Hal ini memicu pertanyaan, mengingat olahraga merupakan aktivitas yang dianjurkan.

Terkait hal ini Dokter Spesialis Forensik Klinis dan Pegiat SAR, dr. Siswo Putranto Santoso, angkat bicara.

"Kita juga sering lihat di masyarakat kita lagi gowes kok meninggal," katanya dikutip TribunHealth.com.

Dalam kasus ini, dr. Siswo Putranto Santoso menjelaskan biasanya yang meninggal adalah pesepeda yang berada di belakang.

Baca juga: Mengenal Gejala dan Penyebab Gagal Jantung, NHS: Bukan Berarti Jantung Berhenti Bekerja

Baca juga: 4 Jenis Gangguan Irama Jantung, Salah Satunya Tingkatkan Risiko Stroke hingga 5 Kali Lipat

Warga menikmati suasana pagi akhir pekan dengan bersepeda di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, Minggu (11/10/2020). (Tribunnews/Jeprima)

Kemudian dia berusaha mengejar kelompoknya yang sudah berada di depan.

Keadaan tersebut membuat aktivitas jantung menjadi lebih berat.

"Yang meninggal iitu umumnya yang tertinggal dibelakang. Kelompoknya di depan, dia tertinggal dia berusaha ngejar."

"Jadi menggunakan aktivitas berlebihan tetapi jantung sudah tidak mampu," paparnya.

Berikutnya bisa muncul gejala seperti sesak napas, hingga akhirnya berujung pada kematian mendadak.

Hal serupa juga terjadi pada atlet.

Baca juga: Tidak Seepenuhnya Benar Bahwa Serangan Jantung Hanya Terjadi pada Orang Tua Saja

Baca juga: Dokter Jelaskan Pengobatan Penyakit Jantung sesuai Metode Ibnu Sina, Tak Hanya Manfaatkan Teknologi

ILUSTRASI Atlet terkena jantung --- Para pemain berkumpul saat paramedis merawat gelandang Denmark Christian Eriksen (tidak terlihat) selama pertandingan sepak bola Grup B UEFA EURO 2020 antara Denmark dan Finlandia di Stadion Parken di Kopenhagen pada 12 Juni 2021. (Friedemann Vogel / POOL / AFP)

Mereka kerap melakukan aktivitas yang berat tanpa disadari, karena sangat terbawa suasana ketika membela tim.

"Atlet juga begitu. Karena sakit membela timnya, dia melakukan tindakan yang over gitu jadi banyak aktivitas berat," jelasnya.

Karena itulah dr. Siswo Putranto Santoso mengingatkan pentingnya memulai olahraga dari intensitas ringan.

Jika dipaksa langsung intensitas berat, jantung akan sulit untuk beradaptasi.

"Makanya kalau kita disuruh olahraga olahraga dulu dari ringan sampai berat. Jangan paksakan langsung berat. Jantung tidak mampu," pungkasnya.

Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)