TRIBUNHEALTH.COM - Bruxism atau kebiasaan menggertakkan gigi saat tidur ternyata termasuk kebiasaan yang berbahaya.
Pada tahap lanjut, bruxism bisa mengakibatkan rusaknya gigi dan rahang.
Masalah ini kerap kali dikaitkan dengan kondisi psikis, seperti stres dan kecemasan.
Karenanya, salah satu solusi untuk mengatasi bruxism adalah melakukan terapi untuk meredakan stres dan rasa cemas itu sendiri.
Satu di antara terapi yang disebut National Health Service (NHS) Inggris adalah Cognitive Behavioural Therapy (CBT).
CBT merupakan terapi berbicara yang dapat membantu untuk mengelola masalah dengan mengubah pola pikir dan cara berperilaku.
Baca juga: Mengenal Kondisi Sub Continous pada Bruxism, Berikut Tanggapan Dokter Gigi
Baca juga: Bruxism Bisa Disebabkan oleh Masalah Psikologis, Simak Tips Dokter Gigi untuk Mengatasinya
Metode ini kerap digunakan untuk menterapi orang dengan gangguan kecemasan hingga depresi.
Namun tak menutup kemungkinan CBT digunakan untuk masalah kesehatan mental dan fisik lainnya.
CBT didasarkan pada konsep bahwa pikiran, perasaan, sensasi fisik, dan tindakan anda saling berhubungan.
Pikiran dan perasaan negatif dapat menjebak seseorang dalam lingkaran setan.
Karena itulah seseorang perlu dibawa keluar dari lingkaran tersebut, dengan mengatasi lewat cara yang lebih positif dengan memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Baca juga: Mengenal Bruxism, Kebiasaan Menggertakkan Gigi saat Tidur yang Ternyata Berbahaya
Baca juga: Dokter Jelaskan Riwayat Genetik Bisa Sebabkan Alami Bruxism
Jika CBT direkomendasikan, biasanya akan dilakukan tiap seminggu sekali atau setiap 2 minggu sekali.
Masa terapi biasanya berlangsung antara 5 dan 20 sesi, dengan setiap sesi berlangsung 30 sampai 60 menit.
Selama terapi, terapis akan membantu untu mengubah pola pikir menjadi lebih positif.
Tujuan akhir terapi adalah untuk menerapkan keterampilan yang telah dipelajari selama perawatan untuk kehidupan sehari-hari.
Baca berita lain tentang kesehatan gigi dan mulut di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)