TRIBUNHEALTH.COM - Pemerintah tengah merencanakan pembelajaran tatap muka terbatas pada tahun ajaran baru, Juli 2021 mendatang.
Hal ini memunculkan kekhawatiran di kalangan orangtua.
Pasalnya situasi pandemi Covid-19 belum membaik.
Bahkan kasus positif mengalami pelonjakan di beberapa daerah.
Terkait hal ini, Psikolog Klinis Ratih Zulhaqqi, menjelaskan beberapa hal yang perlu dilakukan orangtua agar tidak khawatir.
Hal itu pa jelaskan ketika menjadi narasumber program Ayo Sehat Kompas TV, edisi Selasa (15/6/2021).
Baca juga: Dokter Gigi Jelaskan Pentingnya Membersihkan Gigi Anak setelah Makan atau Minum
Baca juga: Psikolog Menjelaskan Dampak Psikologis Masyarakat yang Tidak Terjangkit Virus Covid-19
"Sebenarnya untuk mengatasi kekhawatiran kita, perlu melihat kapabilitas anak kita ini sudah sampai se-aware apa sih tentang situasi yang terjadi," katanya, dikutip TribunHealth.com.
Dia mencontohkan anak usia SD, yang masih memiliki self regulation terbatas.
Apa lagi, proses belajar mereka masih banyak melibatkan pergerakan fisik.
"Kemungkinan mereka untuk melepas masker itu sangat mungkin."
"Akhirnya nanti jadi tambah khawatir," tandasnya.
Selain itu, orangtua juga perlu melihat kesiapan sekolah sebagai penyelenggara.
Baca juga: Apa Saja Asupan Gizi yang Diperlukan Anak Usia Sekolah? Berikut Penjelasan Ahli Gizi
Baca juga: Mengenal Stunting dan Berbagai Dampaknya pada Anak, Bisa Ganggu Kecerdasan dan Prestasi di Sekolah
Seandainya dilakukan pembelajaran offline, seperti apa mekanisme yang akan dilakukan.
Selanjutnya, orangtua bisa memutuskan yang terbaik untuk buah hati, apakah perlu melakukan pembelajaran tatap muka atau cukup online.
Sebagai informasi, satu di antara syarat pembelajaran tatap muka adalah izin orangtua.
Dengan demikian, orangtua bisa mempertimbangkan lebih matang berbagai aspek yang ada.
Berikut ini adalah syarat lengkap diberlakukannya pembelajaran tatap muka terbatas.
- Maksimal siswa yang hadir bersamaan adalah 25 persen dari total siswa.
- Sekolah hanya diperbolehkan melakukan pertemuan maksimal 2 hari dalam satu minggu.
- Durasi pembelajaran di sekolah maksimal 2 jam per hari.
- Semua guru sudah divaksin.
- Mendapatkan izin dari orangtua.
Baca artikel lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)