TRIBUNHEALTH.COM - Menurut Dr. Dominicus Husada, dr., DTM&H., MCTM(TP).,SpA(K) WHO akan segera menghapus kata demam berdarah, karena nama tersebut menyesatkan.
Menurutnya yang benar adalah infeksi virus dengue.
Seolah-olah yang berbahaya adalah berdarahnya, padahal bukan.
Dilansir oleh Tribunhealth.com penjelasan Dokter Spesialis Anak, Dr. Dominicus Husada, dr., DTM&H., MCTM(TP).,SpA(K) dalam tayangan YouTube HARIAN SURYA program WE THE HEALTH tentang pecegahan penyakit demam berdarah.
Baca juga: Ingatkan Bahaya Merokok, Dokter Sebut Ada 4000 Zat Berbahaya dalam Rokok
Baca juga: Perlu Tahu, Psikolog Jelaskan Cara Lingkungan Mencegah Anak Alami Kekerasan
Dr. Dominicus Husada, dr., DTM&H., MCTM(TP).,SpA(K) akan membahas mengenai pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Sejauh ini banyak sekali orang yang terjangkit demam berdarah.
Demam berdarah bukanlah hal yang sederhana, namun membahayakan.
Penyakit ini ditemukan di Indonesia pertama kali pada tahun 1969 bertempat di Surabaya.
Tidak ada obat khusus yang dapat mengobati penyakit demam berdarah.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
Jaga sehat sebelum datangnya sakit.
Pencegahan terdiri dari 3 macam.
Pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer adalah jangan sampai sakit.
Pencegahan sekunder adalah jika sakit jangan jadi berat.
Sementara itu, pencegahan tersier adalah jika ada gejala sisa atau kecacatan, lakukan fisioterapi dan upaya pemulihan.
Cairan menular demam berdarah terdapat 3 jalan.
Namun yang paling penting adalah melalui nyamuk Aedes.
Penyebaran melalui transfusi darah sangat jarang, namun bisa saja terjadi.
Baca juga: Tak Hanya Faktor Bawaan, Dokter Sebut Dermatitis Atopik Bisa Dipicu Debu dan Tungau
Baca juga: Ketahui, Ini Cara Mengatasi Trauma pada Anak pasca Mengalami Kekerasan
Ibu yang hendak melahirkan kemudian menularkannya ke bayi juga bisa saja terjadi, namun sangat jarang terjadi.