Apa Saja Kandungan yang Terdapat dalam Micin dan Apakah Micin Aman bagi Kesehatan? Begini Kata Ahli

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi
Editor: Ekarista Rahmawati
Ilustrasi butiran micin

Pertanyaan:

Halo bu.

Selamat pagi.

Banyak yang berasumsi jika micin tidak boleh dikonsumsi.

Benarkah pernyataan tersebut, bu?

Baca juga: Berbagai Upaya untuk Obati Ejakulasi Tertunda, Medical Sexologist Sebut Masih Bisa Sembuh Total

Baca juga: Vaksin Sinovac Diyakini Efektif Cegah Kematian Akibat Covid-19 hingga 98 Persen

Kandungan apa saja yang terdapat dalam micin?

Mohon penjelasannya.

Terima kasih.

Tina, Tinggal di Kediri.

Jawaban ahli gizi:

Sebelum kita membahas boleh tidaknya micin dikonsumsi, perlu diketahui apa itu micin.

Micin adalah sebutan populer dari zat yang bernama monosodium glutamat atau MSG.

Ilustrasi penyedap rasa micin (jatim.tribunnews.com)

MSG berfungsi sebagai zat penguat rasa, karena mengandung asam glutamat yang mempunyai rasa gurih, dan mampu meningkatkan kepekaan lidah dalam merasakan makanan.

Asam glutamat ini secara alami juga terdapat pada makanan seperti tomat, keju, dan kedelai.

Selain itu juga mengandung sodium atau natrium.

Tidak benar jika MSG atau micin dilarang untuk dikonsumsi.

Micin tidak selalu buruk, karena mempunyai fungsi sebagai peningkat selera makan.

Baca juga: Dokter Gigi Benarkan Mouthwash Bisa Picu Alergi, Lebih Baik Berkumur dengan Air Putih?

Baca juga: Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Sebutkan Gejala dan Efek Samping Vaksin AstraZeneca

Misalnya pada orang setelah sakit atau lansia yang nafsu makannya berkurang, MSG ini mampu meningkatkan selera dan asupan makan, sehingga akhirnya dapat memperbaiki status gizi.

Akan tetapi jika micin dikonsumsi secara berlebihan, akan menimbulkan dampak yang negatif.

Kandungan natrium atau sodium dalam micin dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi.

Dampak lain konsumsi yang berlebihan adalah pusing, mual, muntah, bahkan jika konsumsi berlebihan ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan dan kerusakan sel, termasuk sel otak.

(Tribunhealth.com/Dhiyanti)

Baca berita lain tentang kesehatan ada di sini.