Epilepsi Tidak Menular, Simak Beberapa Gejala dan Penanganan Epilepsi

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi
Editor: Ekarista Rahmawati
Ilustrasi seorang pasien yang mengidap epilepsi sejak bayi

Bangkitan merupakan arti yang lebih luas daripada kejang.

Faktor risiko terjadinya epilepsi terbagi menjadi dua.

Yang pertama, muncul saat penderita masih anak-anak.

Yang kedua, muncul akibat penyakit tertentu.

Bayi prematur memiliki risiko epilepsi.

Baca juga: Dok, Bagaimana Cara Mengenali Bakat Anak?

Baca juga: Apa Saja Kebutuhan Dasar Tumbuh Kembang Anak pada Masa Golden Age?

Bayi yang tidak menangis saat dilahirkan juga memiliki risiko terjangkit epilepsi.

Meskipun tidak terlalu banyak, secara genetik juga dapat menyebabkan epilepsi.

Pada pasien tertentu yang sudah berusia dewasa dan memiliki penyakit tertentu seperti tumor di otak, infeksi di otak, atau stroke, riwayat tersebut juga memiliki risiko terjadinya epilepsi.

Yang sering terjadi adalah penggunaan obat-obat terlarang.

Seperti kokain dan penggunaan alkohol secara berlebihan dapat memicu suatu epilepsi.

Deteksi dini epilepsi digolongkan terlebih dahulu berdasarkan penyebabnya.

Apabila terjadi karena infeksi otak, perlu dilakukan pemeriksaan cairan otak.

Jika terjadi akibat trauma kepala, perlu dilakukan CT scan kepala untuk melihat apakah ada sesuatu pendarahan di kepala, hal ini juga dapat dilakukan untuk penderita tumor otak.

Ilustrasi MRI (kaltim.tribunnews.com)

MRI atau magnetic resonance imaging juga sangat penting dilakukan untuk melihat suatu gangguan pada struktur otak tersebut.

EEG atau electroencephalography juga tak kalah penting dilakukan.

Hal ini bertujuan untuk melihat aliran lisrik di otak apakah ada suatu masalah disana.

Pada kasus kejang, penolong tidak boleh panik.

Penolong perlu mengamankan lingkungan di sekitar dan orang-orang yang berada di sekitarnya.

Karena pada saat kejang, pasien akan mengalami hypoxia atau kekurangan oksigen.

Ketika terjadi kerumunan, pasien harus berkompetisi dengan orang lain.

Halaman
123