Dia menegaskan, vitamin bukanlah sebuah vaksin.
Sekali pun rajin minum vitamin, tidak serta merta terhindar dari penyakit tertentu, tak terkecuali Covid-19.
"Kayaknya orang kalau nggak minum vitamin zaman sekarang, kayaknya enggak pede gitu ya."
"Nah sebaliknya ada yang bahaya nih. Anda minum vitamin lalu anda merasa gaga,h lalu badannya dites.
"Nah ini dia, dites. Karena vitamin itu bukan vaksin lo ya, jadi jangan berasa gagah."
Maka tak bijaksana jika merasa sehat dan kuat hanya karena minum vitamin sebagai suplemen.
"Nah banyak orang lalu mengatakan bahwa kalau saya udah minum vitamin maka saya menjadi lebih kuat."
"Kalau menurut hemat saya, itu adalah suatu keputusan yang sangat tidak bijaksana ya."
Sejatinya, vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh bisa terpenuhi dengan asupan makanan yang tepat sesuai kebutuhan.
"Jadi vitamin itu bukan makanan, tolong diingat ya. Jadi badan kita itu mengenalnya mengenal makanan, bukan mengenal vitamin tolong ya."
"Jadi kalau seandainya disebutkan kita butuh sekian, itu karena yang kita bisa ambil dari makanan yang kita makan sehar-hari."
"Dalam ilmu kedokteran kita mengenal istilah adjuvant, yang artinya ini adalah suatu imbuhan yang kalau dalam proses pengobatan dan pemulihan, maka dokter akan meresepkan."
"Sekali lagi meresepkan karena memang orang ini butuh di dipercepat proses kesembuhannya."
"Ya seperti misalnya nih pada anak-anak yang sering terkena penyakit gastroenteritis. Bolak-balik diare, bolak-balik perutnya nggak sehat, ususnya ngga sehat, barangkali suplementasi zinc itu sering diberikan oleh diberikan oleh dokter."
"Tetapi karena pemulihan dari sel-sel usus itu tentu akan menjadi lebih baik kalau seandainya kita berikan suplementasi zinc,"tandasnya.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)