Breaking News:

Dokter Jelaskan Perbedaan Prosedur Testosteron Replacement Therapy pada Penderita Diabetes

Ada perbedaan waktu atau prosedur dalam penanganan testosteron replacement therapy pada penderita diabetes dibandingkan tidak terjangkit diabetes.

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi | Editor: Ekarista Rahmawati
Kompas.com
ilustrasi gangguan kadar hormon testosteron 

TRIBUNHEALTH.COM - Ada perbedaan waktu atau prosedur dalam penanganan testosteron replacement therapy pada penderita diabetes dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes.

Ternyata testosteron dalam fungsinya juga mengontrol metabolisme gula.

Kita ketahui metabolisme gula terdapat di liver atau hati.

Liver atau hati merupakan pabrik gula.

Dilansir oleh Tribunhealth.com penjelasan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual tentang perbedaan prosedur penanganan testosteron replacement therapy pada penderita diabetes.

Baca juga: Minyak pada Wajah Berfungsi sebagai Pelumas di Wajah, Begini Ulasan dr. Muhammad Fiarry Fikaris

Baca juga: Dokter Spesialis Gigi Jelaskan Cara Pemakaian Dental Floss yang Baik dan Benar

Pada waktu gula darah tidak terkontrol atau gula darah dikontrol dengan pemakaian obat, sementara pola makan tidak diatur, maka kadar gula menjadi beban bagi testosteron.

Begitu testosteronnya dimasukkan ke dalam tubuh, maka testosteron akan mengatur kadar gulanya.

Ia akan memperbaiki metabolisme gulanya.

Memperbaiki ini membutuhkan testosteron.

Sehingga yang kita pikirkan adalah testosteron tidak akan berdampak pada fungsi yang lain.

2 dari 4 halaman

Maka dari itu dokter perlu memperbaiki kadar gula darah lebih dalam waktu yang pendek.

Agar gula darah lebih baik, metabolisme gula lebih terkontrol, dampak pada jaringan lain seperti otak, tulang, otot, sistem imun, dan seksualitas dapat dirasakan oleh pasien.

Sehingga pemakaiannya beda waktunya dibandingkan penderita yang tidak menderita diabetes.

Obesitas pada seorag pria akan membuat kadar testosteronnya menurun.

Hal ini disebabkan massa lemaknya lebih banyak.

Bukan lagi massa otot yang lebih banyak.

Tetapi massa jaringan lemak yang lebih banyak.

Terutama jika ada obesitas sentral.

Perut yang membuncit dinamakan sebagai kegemukan terpusat.

Hal ini akan mengakibatkan kerja berat testosteron untuk mengatur metabolisme tubuhnya.

3 dari 4 halaman

Sehingga akhirnya akan diketahui testosteronnya pasti dibawah 400 nano gram/desiliter.

Dan akibatnya pasti akan mengalami problem sindroma metabolik.

Tensinya pasti diatas 140/90.

Kadar lemaknya pasti tinggi.

Baca juga: Dokter Sarankan Membersihkan Gigi Menggunakan Dental Floss Tergantung Kebutuhan

Baca juga: Anak Lebih Banyak Pakai Gadget selama Pandemi, Dokter Paparkan Dampaknya pada Kesehatan Mata

Jika dilihat kadar gulanya diatas 40 tahun, pasti kadar gula darah diatas 180.

Sekarang parameternya lebih ketat lagi pakai angka 160.

Dan yang pasti kadar kolesterolnya diatas 200 kolesterol total.

LDL nya pasti diatas 100.

Jadi semua parameter-parameter yang melukai tubuh akan nampak pada pria yang mengalami obesitas atau kegemukan.

Penjelasan Medical Sexologist, dr. Binsar Martin Sinaga dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews.com program Edukasi Seksual edisi 10 September 2020.

4 dari 4 halaman

(Tribunhealth.com/Dhiyanti)

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comterapi penggantian testosteronHormon testosterondr. Binsar Martin Sinaga
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved