TRIBUNHEALTH.COM - Usus buntu merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi pada pencernaan.
Sesuai namanya, penyakit usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada usus buntu.
Lalu faktor risiko apa saja yang membuat seseorang lebih rentan terkena masalah ini?
TribunHealth.com pernah menanyakan hal ini pada Dokter Spesialis Bedah Sub-Digestif RS Hermina Solo, dr. Riskie Aditya, SpB-KBD, ketika menjadi narasumber Healthy Talk.
Berikut ini penjelasan dr. Riskie Aditya, SpB-KBD dalam kutipan langsung:
"Baik. Kemungkinan faktor risiko tertentu adalah kemungkinan dari daya tahan tubuh yang menurun.
Usianya mungkin di 10 sampai 40 tahun itu risiko tinggi.
Kemudian dari habbit, dari makan-makanan yang kita makan, dari riwayat sebelumnya memang akan mencenderung meningkatkan risiko.
Apalagi pasien juga bilang kalau misalnya sulit BAB atau sembelit itu juga bisa menyebabkan meningkatnya risiko terjadinya apendisitis ini."
Apa beda nyeri usus buntu dengan masalah maag atau gastritis?
"Memang gejala yang dirasakan pada penderita apendisitis ini adalah keluhannya nyeri di perut.
Tapi posisinya adalah biasanya di kanan bawah atau kwadran kanan bawah.
Itu berbeda dengan keluhan pada pasien-pasien yang dikeluhkannya dengan riwayat gastritis ataupun penyakit lambung.
Biasanya penyakit lambung ataupun gastritis ini akan menguluhkan keluhan nyerinya adalah di epigastrium atau di ulu hati.
Nah seringnya di atas bukan di bawah.
Jadi kalau di atas itu berbeda keluhannya kalau nyerinya di bawah.
Biasanya begitu.
Apalagi kalau misalnya dengan pasien yang ada riwayat batu empedu, infeksi batu empedu, itu biasanya nyerinya di kanan atas, bukan di kanan bawah.
Begitu. Jadi memang masing-masing tempat kita bisa mencurigai apakah dari nyeri tersebut organ apa saja yang bermasalah."
Saksikan penjelasan lengkap dr. Riskie Aditya, SpB-KBD dalam Healthy Talk Jangan Anggap Remeh Usus Buntu Waspada Sebelum Terlambat dalam tayangan YouTube berikut ini.
(TribunHealth.com)