Menanggapi hal tersebut, dr. Arieffah menjelaskan, merkuri dapat menyebabkan iritasi, peradangan, alergi dalam jangka waktu yang lama.
Kedua, perlu dilakukan cek ulang, apakah kosmetik yang digunakan tersebut mengandung merkuri atau hydroquinone.
Pasalnya, hydroquinone dengan konsentrasi tinggi sampai dengan 7 persen itu ada, dan di Indonesia sendiri hydroquinone dengan konsentrasi tinggi tidak boleh beredar.
"Meskipun dengan porsi tertentu atau dengan kehati-hatian, dermatologis itu kadang memberikan."
"Tetapi, kalau hydroquinone 7 persen di Indonesia sudah pasti tidak ada. Negara yang mungkin kurang pengawasannya itu salah satunya India," ungkap dr. Arieffah.
"India itu saya pernah membaca bahwa mereka itu mengirimkan peredaran krim dengan hydroquinone sampai dengan 7 persen."
"Ada suatu gangguan yang disebut dengan ocronosis exogena, itu akibat penggunaan hydroquinone persentase tinggi jangka lama."
"Jadi karena kita tidak membaca langsung atau tidak bertanya langsung dengan pasien tersebut, saya tidak bisa memastikan apakah karena merkuri kah, campuran merkuri dan hydroquinone, atau hydroquinone tunggal dengan persentase tinggi dan efek sampingnya seperti itu," lanjut dr. Arieffah.
Baca juga: Inilah yang Akan Terjadi pada Kulit dan Organ Tubuh Akibat Penggunaan Kosmetik Bermerkuri
Menurut dr. Arieffah, bercak kehitaman yang muncul di wajah akibat merkuri atau hydroquinone sama sekali tidak bisa hilang, dan pihak dermatologis seperti dr. Arieffah terkadang mendapatkan kasus tersebut.
Jika dampak buruk berupa gosong pada kulit terjadi, akan membutuhkan waktu yang lama dan upaya yang lebih banyak.
dr. Arieffah menuturkan, seharusnya kosmetik yang dijual bebas itu tidak berbahaya, karena memang beda kosmetik atau krim perawatan yang dijual bebas dengan yang diresepkan.
"Kalau yang dijual bebas itu mereka memiliki konsentrasi yang biasanya lebih rendah, sehingga efeknya juga lebih lemah."
"Sedangkan yang diresepkan oleh dokter biasanya konsentrasinya lebih tinggi, jadi efeknya lebih cepat."
"Kenapa diatur regulasi seperti itu? Karena biasanya kalau ke dokter kita tidak beli putus, kita bisa konsultasi ulang, dokter bisa ikut mengawasi atau mengawal."
"Kapan waktu diturunkan dan di stop itu bisa diatur, tapi kalau barang-barang dijaul bebas atau OTC itu tidak didesain untuk selalu berkonsultasi," ungkap dr. Arieffah.
Baca juga: Sederet Tips Memilih Sunscreen yang Tepat Menurut Dokter Kulit, Salah Satunya Hindari Paraben
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, dr. Arieffah, Sp.KK dalam tayangan YouTube Tribun Health.
Berikut ini terdapat produk yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, klik di sini untuk mendapatkannya.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)