Ya, terjadinya perseteruan antara Panglima Jilah dan Panglima Pajaji menjadi perbincangan hangat.
Kedua tokoh Suku Dayak ini mengalami perseteruan karena perbedaan prinsip.
Panglima Jilah disebut mendukung pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.
Sementara Panglima Pajaji menentang sikap pro Panglima Jilah terhadap program kerja Presiden Jokowi.
Menurut Panglima Pajaji, adanya IKN akan merusak hutan adat di Kalimantan.
Sehingga kelestarian alam dan budaya akan mudah untuk tercemari.
Baca juga: Terungkap Sosok Pemotret Finalis Miss Universe Indonesia 2023 Tanpa Busana, Bukan Fotografer Resmi
Profil Panglima Jilah
Panglima Jilah atau Pangalangok Jilah, nama aslinya adalah Agustinus Jilah.
Ia lahir pada 19 Agustus 1980 di Toho, tepatnya Desa Sambora, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat (Kalbar), Indonesia.
Seperti dilansir dari TribunPontianak.co.id dalam artikel 'Siapa Panglima Jilah? Anak Dayak yang Sakti dan Rendah Hati Pimpinan Pasukan Merah, Masa Kecil Miris'.
Panglima Jilah adalah cucu dari seorang panglima yang sangat terpandang pada jaman kerajaan.
Maka tidak heran Panglima Jilah sangat disegani sekaligus dikagumi khususnya di Pulau Kalimantan.
Ia berdiri di barisan terdepan untuk memperjuangkan hak masyarakat yang terancam dirampas pihak lain.
Hingga Panglima Jilah pun dijadikan simbol perjuangan masyarakat dalam mencari keadilan di tanah leluhurnya.
Ia menguasai seni beladiri tradisional Dayak dan memiliki kesaktian ilmu kebal.
Tubuhnya dibalut dengan tato khas Dayak hingga penampilan Panglima Jilah selalu menarik perhatian.
Namun dibalik itu semua, Panglima Jilah melalui masa lalu yang penuh liku dan bisa dikatakan sangat miris.
Pada masa kecilnya, Panglima Jilah memiliki kelainan dari teman-temannya kala itu.
Konon katanya lidahnya sering keluar, perut buncit dan keterbatasan dalam bicara alias gagap.
Namun dengan kegigihan yang dimiliki seperti halnya spirit para leluhur, perlahan Panglima Jilah mampu mengatasi semuanya hingga normal.