dr. Ibnu Benhadi Sp.Bs Paparkan Manajemen Nyeri yang Ada di Dunia Kedokteran

Penulis: Putri Pramestianggraini
Editor: Melia Istighfaroh
ilustrasi seseorang yang mengalami keluhan nyeri pada lutut

TRIBUNHEALTH.COM - Dalam manajemen nyeri, sebenarnya inovasi-inovasi apa sih yang sekarang sudah ada di dunia kedokteran dan tersedia di Indonesia?

Dokter spesialis bedah saraf, dr. Ibnu Benhadi menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube Kompas.com.

"Ya dari yang paling ringan istilahnya teknik penyuntikan misalkan, itu sudah banyak dikembangkan di center-center di hampir seluruh Indonesia ya. Jadi misalkan fased block, jadi antara ruas-ruas tulang belakang itu kan ada sendi, nah ini kalau sudah ada proses degeneratif, jatuh atau trauma, ketarik segala macem, ini kadang-kadang timbul bengkak meradang di sekitar sendi. Itu sakit sekali," ujar dr. Ibnu Benhadi

ilustrasi seseorang yang mengalami keluhan nyeri pada lutut (hits.grid.id)

Baca juga: Apakah Perlu Rontgen atau MRI untuk Pemeriksaan Nyeri? dr. Ibnu Benhadi Beri Penjelasan

Jadi fased block atau dengan menggunakan radio frekuensi ya itu lebih bagus lagi. Itu disuntik dengan anti nyeri, anti peradangan. Nyuntiknya kan ga bisa sembarangan. KIta kadang-kadang butuh bantuan CM, CM itu mesin rontgen khusus. Jadi titik jarum yang kita masukkan itu bisa kita arahkan tepat ke titik sumber sakitaya tadi," lanjutnya

Sehingga pemberian obat untuk menangani nyeri lebih efektif.

"Semakin tepat kita melakukan terapi, ya Insyaallah semakin bagus juga hasil yang didapat. RF itu ada mesin khusus, radiofrekuensi sifatnya itu membakar. Misalnya nyeri ya, kok dibakar? Tuhan itu menciptakan kita ini dilengkapi semua jaringan tubuh kita ini ada serabut-serabut halus yang menerima rangsangan nyeri," imbuhnya

Baca juga: Tanggapan dr. Ibnu Benhadi Sp.Bs Mengenai Nyeri yang Kerap Dikeluhkan, Ini Penjelasannya

Nyeri dikatakan sebagai alarm atau mendeteksi suatu bahaya.

Tapi, jika alarm nyeri itu terjadi terus-menerus, maka akan mengganggu.

Akhirnya terpaksa mematikan alarm tersebut.

"Srabut-serabut kecil itu sengaja dibakar dengan radiofrekuensi Radiofrekuensi itu bukan kaya api. Jadi seperti kaya getaran. Radiofrekuensi itu pada frekuensi tertentu akan menyebabkan saraf-saraf kecil ini jadi lumer atau rusaklah," jelas dr. Ibnu

Dengan kondisi seperti itu, akhirnya rangsang penerimaan nyeri menjadi berkurang.

Baca juga: Sebenarnya Rasa Nyeri Itu Apa Sih? Simak Penjelasan dr. Ibnu Benhadi Sp.Bs

Paling tidak ketika digunakan untuk istirahat menjadi nyaman ataupun ketika tertidur menjadi lebih pulas.

"Nah jadi paling tidak memperbaiki kualitas hidup si orang tersebut." pungkas dr. Ibnu Benhadi

Ini disampaikan pada channel YouTube Kompas.com, bersama dengan dr. Ibnu Benhadi, Sp.Bs (K). Seorang dokter spesialis bedah saraf dari Brain and Spine  Center RS Bunda Menteng.

(TribunHealth.com/PP)