TRIBUNHEALTH.COM - Sebagian wanita mengeluhkan rasa gatal pada vagina.
Kondisi ini wajar ditemui, baik gatal di dalam maupun di luar vagina atau vulva yang meliputi klitoris, uretra, labia hingga bukaan vagina.
Beberapa penyebab gatal di vagina adalah karena penggunaan sabun yang salah.
Namun bisa jadi karena infeksi menular seksual yang harus diatasi secara medis.
Baca juga: Kisah Pulangnya TKI Asal Blora: Belasan Tahun Tak Digaji, Sudah Dianggap Meninggal oleh Keluarga
Dilansir dari healthline, berikut beberapa penyebab rasa gatal di vagina:
- Mengalami iritasi sehingga menyebabkan vulva dan vagina terasa gatal, kemerahan, dan perih, seperti karena sabun, penggunaan krim atau losion, detergen, hingga penggunaan pantyliner yang mengandung pewangi tambahan
- Mengalami gangguan kulit, seperti eksim dan psoriasis, yang membuat area organ intim terasa gatal dan kemerahan
- Mengalami infeksi jamur yang bisa disebabkan kehamilan stres, diabetes, dan ketidakseimbangan hormon
- Mengalami vaginosis bakterialis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan jumlah bakteri baik dan buruk di dalam vagina
- Mengalami infeksi menular seksual yang memicu rasa gatal, seperti chlamydia, gonore, dan herpes genital, yang biasanya disertai dengan gejala lain, seperti keputihan, nyeri saat buang air kecil, dan munculnya lepuhan
- Mengalami masa menopause sehingga hormon estrogen berkurang dan membuat jaringan di vulva dan vagina menipis, mengering, dan berkurang elastisitasnya
- Mengalami stres sehingga lebih mudah terserang infeksi yang menyebabkan rasa gatal
- Mengalami kanker vulva yang jarang terjadi, namun menimbulkan gejala berupa vagina gatal pada penderitanya
Baca juga: Cara Mengurus STNK Hilang Tanpa Fotokopi, Siapkan Surat Kehilangan hingga BPKB Asli
Meski rasa gatal pada vagina bisa mengganggu kegiatan sehari-hari, namun biasanya bukan masalah serius.
Mengutip WebMD, rasa gatal pada vagina akan membaik dengan sendirinya.
Namun, ada jenis rasa gatal parah yang perlu diatasi secara medis menurut penyebabnya.
Berikut cara mengatasi rasa gatal pada vagina.
- Mengonsumsi antibiotik atau antiparasit untuk rasa gatal yang disebabkan oleh vaginosis bakterialis dan infeksi menular seksual
- Menggunakan obat antijamur, seperti krim, salep, atau obat oral, untuk mengatasi rasa gatal yang disebabkan oleh infeksi jamur
- Mengoleskan krim estrogen atau pelembap untuk vagina jika penyebabnya adalah menopause
- Menggunakan losion atau krim steroid untuk kondisi lainnya yang memicu inflamasi
Baca juga: Sidang Perceraian Desta & Natasha Rizki Digelar, Istri Vincent Rompies, Fifi Karamoy Jadi Saksi
Selain mendapatkan pengobatan secara medis, ada beberapa perubahan kebiasaan yang perlu dilakukan untuk mengurangi rasa gatal, seperti:
- Menghindari penggunaan pembalut atau krim untuk vagina yang mengandung pewangi tambahan
- Menggunakan air dan sabun tanpa pewangi tambahan untuk membersihkan area genital, serta tidak menggunakannya lebih dari sekali sehari
- Mengeringkan dari vagina ke arah anus
- Menggunakan celana berbahan katun dan menggantinya setiap hari
- Menghindari douching atau membersihkan vagina dengan air atau campuran cairan tertentu untuk menghilangkan bau
- Mengganti popok pada bayi perempuan secara teratur
- Menggunakan kondom setiap berhubungan seksual untuk mencegah penyakit menular seksual
- Menggunakan pelumas berbahan dasar air jika memiliki vagina yang kering sebelum berhubungan seks
- Menghindari melakukan hubungan seksual hingga kondisi yang dialami membaik
- Menghindari kebiasaan menggaruk organ intim jika terasa gatal
Jika rasa gatal muncul terlalu sering dan bertambah parah, sebaiknya segera cari bantuan medis.
Sebab bisa jadi ini merupakan gejala dari kondisi medis yang lebih serius. (Tribunhealth.com)
Baca juga: Argentina Cuma Turunkan Skuad Pelapis saat Lawan Timnas Indonesia, Lionel Messi Pilih Liburan