TRIBUNHEALTH.COM - Sering kali kita mendengar kasus kekerasan.
Kasus kekerasan tidak hanya terjadi pada rumah tangga saja, ternyata juga bisa terjadi dalam hubungan pacaran.
KDP yakni kekerasan dalam relasi pacaran.
Tujuannya pasti menyakiti atau mengontrol.
Jika dalam berpacaran pasangan sering mengecek hp ataupun sering mengatur cara pakaian, maka mulai berpotensi.
Lina Madila menyampaikan, selama tindakan tersebut dirasa untuk kebaikan diri dan tidak membahayakan nyawa, maka tidak menjadi masalah.
Baca juga: Apakah Pasanganmu Memiliki Kecenderungan untuk Melakukan Kekerasan? Pahami Tanda-tandanya
Tetapi kekerasan dalam pacaran biasanya bertujuan menyakiti pasangan dan terdapat relasi kuasa.
Biasanya pelaku sering kali ditemui adalah pihak laki-laki, tetapi ada juga perempuan sebagai pelaku.
Lina Madila juga mengatakan bahwa bentuk kekerasan yang dilakukan perempuan biasanya ialah kekerasan fisik, karena pihak laki-laki tidak mau membalas tindakan tersebut.
Kadang laki-laki sering berpikir bahwa "Kalau tidak membalas tidak mungkin, tetapi jika membalas harga diri terasa mati".
Kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki tergolong banyak seperti cemburu dan tidak boleh berteman dengan siapa pun.
Baca juga: Tanda-tanda Pasangan Memiliki Kecenderungan Melakukan Kekerasan yang Disampaikan Psikolog
Terkadang seseorang berpikir ketika pacaran adalah aktivitasnya yang keliru.
Lina Madila menyampaikan, masa pacaran dikatakan saling mengenal.
Misalnya laki-laki telat membalas pesan beranggapan bahwa pasangannya sedang bersama orang lain atau curiga tidak beralasan.
Selain itu ketika ingin makan bersama dan dijawab "terserah", ketika sedang makan bersama kurang merasa cocok hingga akhirnya bertengkar, melempar piring, mencaci maki hingga merendahkan.
Ketika memiliki hubungan dengan pasangan yang memiliki sifat seperti yang disebutkan di atas, lebih baik hubungan tidak dilanjutkan.
Bisa dikatakan belum menjadi bagian dari hidup kita sudah mengatur, melakukan kekerasan dan lain sebagainya.
Ada juga pasangan yang sering manipulatif, karena terkadang seseorang tidak menyadari bahwa orang tersebut memiliki sifat dan sikap manipulatif.
Ini disampaikan pda channel YouTube Tribun Lampung bersama dengan Lina Madila Amir, M.Psi. Seorang psikolog dan founder Biro Konsultasi Psikologi Hijau Pringsewu.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)