Masyarakat Indonesia Banyak Alami Kanker Usus Besar, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Bedah

Penulis: Ranum Kumala Dewi
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi seseorang yang mengalami kanker usus besar

TRIBUNHEALTH.COM - Kanker usus besar biasa disebut sebagai kanker kolon.

Penyakit ini tergolong berbahaya dan bisa menyerang siapa saja.

Disebutkan, bahwa penyakit kanker usus besar telah banyak dialami masyarakat.

Baca juga: Usus Buntu Pecah Bisa Sebabkan Kematian, Dokter Sebut Faktor Pencetusnya yang Tidak Disadari

Untuk mengetahui penjelasannya, simak dr. Muhammad Singgih Nugraha, Sp. B.

Singgih merupakan alumnus dari Fakultas Kedokteran UNS.

Ia mengikuti pendidikan strata 1 (S1) pada 2001.

Profil dr. Muhammad Singgih Nugraha, Sp. B (Dok. pribadi dr. Muhammad Singgih Nugraha, Sp. B)

Tepat pada 2007 ia telah diangkat menjadi seorang dokter.

Tidak puas dengan ilmu yang diperolehnya, Singgih kemudian melanjutkan pendidikan.

Tepat pada 2007 ia telah diangkat menjadi seorang dokter.

Baca juga: Profil dr. Muhammad Singgih Nugraha, Dokter Bedah Umum dari RSAU dr. Siswanto Lanud Adi Soemarmo

Tidak puas dengan ilmu yang diperolehnya, Singgih kemudian melanjutkan pendidikan.

Kini ia bergelar sebagai dokter spesialis bedah umum.

Saat ini Singgih berdinas di RSAU dr. Siswanto Lanud Adi Soemarmo.

Tanya:

Apakah kanker usus besar cukup banyak terjadi di masyarakat dok?

Ilustrasi usus (aceh.tribunnews.com)

Baca juga: Jangan Asal-asalan Melakukan Pengobatan Radang Usus Buntu Sendiri Tanpa Arahan Dokter

Dea, Solo.

dr. Muhammad Singgih Nugraha, Sp. B Menjawab:

Insidennya, yaitu urutan no.3 di dunia perkankeran.

Kasusnya antara laki dan perempuan itu berimbang.

Ilustrasi penyakit kanker (lifestyle.kompas.com)

Berarti kalau perempuan setelah kanker serviks dan payudara, baru kanker usus besar.

Sedangkan laki-laki, setelah prostat dan paru, baru kanker usus besar.

Baca juga: dr. Andreas Cahyo Nugroho, Sp.B Paparkan Gejala yang Bisa Dirasakan Ketika Alami Radang Usus Buntu

Lumayan banyaklah, selama saya berpraktek di Indonesia kasusnya cukup banyak.

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)