Body Shaming Kerap Terjadi pada Perempuan, Psikolog Sebut Faktor Penyebabnya

Penulis: Ranum Kumala Dewi
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi perempuan yang menjadi korban body shaming-simak penjelasan psikolog mengenai body shaming yang kerap terjadi pada perempuan.

TRIBUNHEALTH.COM - Body shaming merupakan suatu kegiatan yang bertujuan menjelek-jelekan kondisi tubuh seseorang.

Akibat tindakan body shaming, dapat membuat seseorang megalami depresi dan kecemasan.

Kondisi ini berimbas pada rasa kepercayaan diri pada diri korban menjadi berkurang.

Baca juga: Sering Dianggap Tindakan Biasa, Psikolog Sebut Faktor Penyebab Seseorang Lakukan Body Shaming

Psikolog Keluarga dan Pendidikan Anak, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. mengungkapkan body shaming ini sering ditemui pada perempuan.

Hal ini dilatarbelakangi karena terdapat tuntutan fisik pada perempuan.

Ilustrasi body shaming (kompas.tv)

Perempuan sering dituntut tampil menawan, sehingga terkadang masyarakat tanpa sadar melakukan body shaming.

Namun tidak menampik, tuntutan fisik ini juga bisa terjadi pada laki-laki. Hingga memicu terjadinya body shaming.

Mengatasi Body Shaming

Lebih lanjut, dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Adib menjelaskan cara dalam mengatasi body shaming.

Langkah pertama yaitu bersikap cuek.

Ilustrasi - body shaming rentan terjadi pada perempuan (Pixabay)

Sikap ini menunjukkan seolah-olah tidak terpengaruh dengan perilaku sang pelaku.

Cuek ini dapat ditunjukkan dengan raut muka yang bagus ketika mendapat body shaming dari pelaku.

Cara lain yang bisa dilakukan, yaitu mengajak pelaku bertemu. Cukup berdua saja.

Baca juga: Waspada Timbulnya Berbagai Penyakit Akibat Body Shaming, Simak Ulasan Psikolog Berikut Ini

"Ketika bertemu berdua itu, kita asertif. 'kamu ingat waktu kejadian kemarin? saya merasa terluka dan kecewa sama kamu lho ketika kamu melakukan body shaming'," jelas Adib.

Dengan begitu, akan muncul tanggapan dari pelaku.

Diharapkan pelaku mengucapkan permohonan maaf dan bisa memberikan edukasi terhadap sikap pelaku tersebut.

Ilustrasi korban body shaming (Pixabay)

Sikap asertif ini tidak harus dilakukan setelah mendapatkan perilaku body shaming pada hari yang sama.

Karena bila dilakukan di waktu yang bersamaan, bisa memicu terjadinya tindakan perlawananan dan bisa menimbulkan pertengkaran.

"Nggak ada salahnya dilakukan di hari lain. Diajak bertemu atau ditelfon."

"Sehingga si pelaku akhirnya peduli dan peka," sambung Adib.

Baca juga: Adib Setiawan S.Psi: Jika Anak Berbicara Kasar ke Orangtua, Segera Konseling dengan Psikolog

Mengingat terkadang pelaku tidak merasa bersalah, lantaran tidak diingatkan oleh orang lain. Maka pelaku merasa nyaman saja.

Kondisi ini sering sekali terjadi pada tindakan body shaming.

Penjelasan Psikolog Keluarga dan Pendidikan Anak, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Jumat (9/12/2021).

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)