dr. Lugyanti Sukrisman Jelaskan Komponen-komponen yang Dapat Memengaruhi Kualitas Darah Dalam Tubuh

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi
Editor: Ekarista Rahmawati
Ilustrasi sel darah merah dalam tubuh, menurut dr. Lugyanti Sukrisman kondisi yang akut dalam proses yang cepat dan berat bisa memerlukan infus atau transfusi

TRIBUNHEALTH.COM - Meningkatkan kualitas darah dalam tubuh tentunya harus disesuaikan dengan penyebabnya.

Jika anemia terjadi karena kekurangan zat besi, tentunya harus memberikan suplementasi zat besi bisa berupa tablet.

Pada kondisi yang akut dalam proses yang cepat dan berat, mungkin memerlukan infus atau transfusi.

Namun hanya pada beberapa kondisi dan tidak semua kondisi.

Baca juga: dr. Tan Shot Yen Sorot Pola Diet Sehat Cristiano Ronaldo, Bisa Ditiru Semua Orang?

Dilansir oleh Tribunhealth.com hal ini dijelaskan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Lugyanti Sukrisman dalam tayangan YouTube KOMPASTV program AYO SEHAT.

Ilustrasi transfusi darah, menurut dr. Lugyanti Sukrisman ada beberapa kasus memerlukan tranfusi darah (Kompas.com)

Tetapi jika kronik bisa menggunakan zat besi dan konsumsi makanan yang mengandung zat besi.

Menurut dokter ada juga kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan sel.

Misalnya darahnya cukup baik, tetapi kolesterol atau trigliserida sangat tinggi.

Itu merupakan komponen lemak dalam tubuh.

Hal ini memengaruhi kualitas dalam darah.

Baca juga: Sakit Gigi setelah Vaksin Covid-19, Berikut Tanggapan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati

Karena kita ketahui komponen darah, tidak hanya sel.

Akan tetapi juga cairan-cairan.

Jika kadarnya sangat ekstrim, bisa memengaruhi kekentalan darahnya.

Penyebab terbanyak anemia di Indonesia adalah anemia defisiensi besi, kekurangan zat besi baik karena kekurangan nutrisi atau perdarahan kronik, serta barangkali di beberapa daerah anak-anak mengalami cacingan.

Ilustrasi transfusi darah, menurut dr. Lugyanti Sukrismankomponen darah tidak hanya sel (grid.ID)

Namun yang paling banyak adalah pendarahan kronik atau kekurangan zat besi.

Kedua adalah thalasemia.

Thalasemia merupakan suatu penyakit genetik yang diturunkan.

Ternyata kondisi ini cukup banyak ditemukan di Indonesia.

Baca juga: dr. Caryn Miranda Sebut Perbedaan Penanganan Kerutan pada Area Mata dengan Suntik Botox dan Filler

Penjelasan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Lugyanti Sukrisman dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program AYO SEHAT edisi 29 Juli 2021.

(Tribunhealth.com/Dhiyanti)

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.