Cara Mengatasi Alergi pada Saluran Napas, Berikut Ulasan dari dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A

Penulis: Ranum Kumala Dewi
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi alergi pada saluran napas-simak penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A dalam mengatasi alergi pada saluran napas.

- Asma

- Batuk

- Hipersekresi

Berbagai tanda di atas bisa disebabkan oleh berbagai pencetus alergi (alergen).

Ilustrasi - Makanan yang dapat menyebabkan alergi (Lifealth)

Alergen atau benda yang menyebabkan alergi, itu bisa berupa:

- Inhalat (sesuatu yang dihirup), misalnya: debu, tungau, serbuk sari tanaman.

- Ingasiant (sesuatu yang tertelan), misalnya: protein yang ada di dalam makanan tertentu.

Baca juga: Seorang Ibu Alergi terhadap Gen Anaknya Sendiri, Kulit Kemerahan dan Melepuh setelah Melahirkan

- Sesuatu yang kontak dengan kulit atau mukosa di dalam tubuh.

Menentukan Penyebab Alergi

Berdasarkan penuturan Roro, langkah utama dalam mengatasi alergi yang tidak diketahui penyebabnya adalah melakukan prinsip penghindaran sementara waktu.

Bisa dilakukan dengan menghindari hal-hal yang dicurigai menyebabkan alergi.

"Misalnya setelah makan telur, muncul merah-merah di sekitar mulut atau gatal. Kita curigai alergi terhadap protein di dalam telur itu."

"Artinya untuk memastikan kecurigaan tersebut, kita coba dulu menghindari makan telur," terang Roro.

Ilustrasi telur rebus (Pixabay)

Penghindaran ini bisa dilakukan selama kurun waktu 2 hingga 4 minggu.

Jika ditemukan perbaikan setelah penghindaran, kemungkinan besar hal tersebut adalah faktor pencetus yang menyebabkan alergi.

Karena alergi akan muncul jika ada paparan.

Baca juga: Telur Punya Kandungan B4 yang Baik untuk Kesehatan, dr. Tan Shot Yen: Dibutuhkan oleh Otot dan Otak

Dengan demikian, bila paparan tersebut dihindari seharusnya alergi tidak muncul.

Selanjutnya, jika telah mengalami perbaikan dan tidak muncul respon alergi, maka bisa mencoba lagi untuk mendekati faktor yang dicurigai sebagai pencetus alergi tersebut.

Upaya ini disebut dengan Challenge.

Bila dicontohkan di atas, pencetus alergi adalah protein di dalam telur, maka bisa kembali lagi mengonsumsi telur tersebut.

Ilustrasi olahan telur (Pixabay)
Halaman
1234